Laman

Kamis, 08 Oktober 2015

8 kebohongan seorang ibu

Menjadi Ibu bukanlah sesuatu hal yang mudah, mulai dari membuka mata hingga menutup mata. Tapi ibu adalah malaikat penjaga, penyayang yang diutus Allah untuk kita. Keberadaan Ibu tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun di dunia ini. Tapi apakah kamu tahu kalau seorang Ibu pernah berbohong? Bukan hanya satu bukan juga dua, tapi seorang Ibu selalu melakukan delapan kebohongan terhadap anaknya. Tapi justru kebohongan inilah yang membuka mata akan sosok seorang ibu. Kebohongan Pertama Saat masih kecil dan aku terlahir didalam sebuah keluarga yang miskin, bahkan untuk makan saja sangat susah. Saat waktu makan tiba, ibu sering memberikan porsi makannya untukku, sambil memindahkan nasi ke piringku, dengan senyumnya Ibu berkata “Makanlah nak, Ibu tidak lapar” Kebohongan Kedua Ketika mulai tumbuh menjadi besar, ibu sering memancing ikan di dekat rumah supaya aku bisa makan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan. Ikan tersebut dibuatnya sup ikan segar yang menggugah selera. Saat aku makan dengan lahapnya, Ibu memperhatikanku makan, aku memberikannya kepada Ibuku, tapi beliau menolaknya “Makanlah nak, Ibu tidak suka makan ikan” Kebohongan Ketiga Ketika aku ada dibangku SMP, demi membiayai keluarga Ibu sering kali bekerja hingga larut malam untuk dagangan yang akan dijual esok hari. Aku seringkali berkata “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi Ibu masih harus bekerja” Ibu tersenyum dan berkata “Cepatlah tidur nak, Ibu belum capek” Kebohongan Keempat Ketika ujian tiba, Ibu menemaniku pergi ujian. Di tengah panas terik matahari Ibu menunggu selama ujian berlangsung. Ketika ujian selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata “Minumlah nak, ibu tidak haus!” Kebohongan Kelima Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup keluarga. Semakin hari semakin susah dan tiada hari tanpa penderitaan. Beberapa tetangga seringkali menasehati ibu untuk menikah lagi, tapi lagi lagi ibu berkata “Ibu tidak butuh cinta” Kebohongan Keenam Ketika aku dan kakakku sudah tamat sekolah dan bekerja, keadaan Ibu yang sudah mulai menua masih saja terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aku dan kakakku seringkali mengirimkan uang untuk memenuhi kebutuhan ibu, tapi ibu bersikeras tidak mau menerima “Tidak usah, Ibu masih ada uang” Kebohongan Ketujuh Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa Ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi Ibu tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Ibu tidak terbiasa” Kebohongan Kedelapan Diusianya yang sudah menua, ibu terkena kanker lambung. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata “Jangan menangis anakku, Ibu tidak kesakitan” Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, Ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Pernahkah kalian mengucapkan “Terima kasih Ibu” ? Sudah berapa lamakah tidak menelepon Ayah Ibu kita? Kapankah terakhir menghabiskan waktu bersama mereka? Kebanyakan dari kita melupakan Ayah Ibu kita yang ada di rumah, bahkan kadang kita lebih perduli dengan pacar. Lebih cemas apakah pacar sudah makan atau belum. Pernahkah cemas Ayah Ibu kita sudah bahagia atau belum? Selagi masih ada kesempatan, lakukanlah hal yang terbaik untuk membalas budi Orangtua kita. Sebelum mata mereka menutup selamanya ucapkanlah ke mereka “Terima kasih Ayah, Terima kasih Ibu, aku mencintai kaian..





6 komentar: